Selasa, 17 Februari 2009

KELAINAN ANOREKTAL

KELAINAN BAWAAN

* ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan baan anus biasanya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter intern mungkin tidak memadai.

Kelainan bawaan rektum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rektumdan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektalyang memisahkannya. Dalam hal ini terjadi fistel antara saluran kemih dan saluran genital.

Pada kelainan rektum yang tinggi, sfingter intern tidak ada sedangkan sfingter ekstern hipoplastik.

* PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan khusus pada perempuan

Neonatus perempuan perlu pemeriksaan khusus, karena sering ditemukan fistelke vestibulum atau vagina (80-90%)

Kelompok I

Pada fistel vagina, mekonium (isi usus fetus) tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya cepat dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat di vulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai terhambat saat penderita mulai makan makanan padat.

Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus gentalis, dan jalan cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.

Pada atresia rectum, anus tampak normal, tapi pada Pemeriksaan Colok Dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm.

Tidak ada evakuasi mekonium sehingga, perle dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel, dibuat invertogram, yaitu foto rontgen diambil pada bayi diletak inverse (pembalikan posisi) shg udara di kolon akan naik ke ujung buntu rectum. Jika udara lebih dari 1 cm dari kulit sehingga perlu segera dilakukan kolostomi

Kelompok II

Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal. Tetapi tanda timah anus yang buntu ada di posteriornya. Kelainan ini umumnya menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak ditempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidak lancarsehingga biasanya dilakukan terapi definitive.

Bila tidak ada fisteldan pada invertogram udara <1cm>

b. Pemeriksaan khusus pada laki-laki

Yang harus diperhatikan adalah adanya fistel atau kenormalan bentuk perineum dan ada tidaknya butir mekonium di urin. Dari kedua hal tadi pada anak laki dibuat kelompok dengan atau tanpa fistel uribe dan fistel perineum.

Kelompom I

Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria.

Cara praktis untuk menentukan letak fistel ialah dengan memasang kateter urine.

Bila kateter terpasang dan urine jernih, berarti fistel terletak di uretra karena fistel tertutup kateter.

Bila dengan kateter urine mengandung mekonium berarti fistel ke vesika urinaria. Bila evakuasi feses tidak lancer, penderita memerlukan kolostomi segera. Poada atresia rectum biasantya tindakanya sama dengan perempuan harus dibuat kolostomi.

Jika tidak ada fistel dan udara >1cm dari kulit pada invertrogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.

Kelompok II

Fistel perineum sama dengan pada wanita: lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membrane anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada, sebaiknya dilakukan terapi definitive secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan pada wanita, tindakan definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara >1cm dari kulit pada invertogram, perlu juga dilakukan pertolongan bedah

Penatalaksanaan

Ø Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tondak bedah yang disebut posterosagital atau plastic anorektal posterosagital.

Prognosis

Bergantung dari fungsi klinis.

Dengan khusus dinilai pengendalian defekasi, pencemaran pakaian dalam, sensibilitas rectum dan kekuatan kontraksi otot sfingter pada colok dubur.

Fungsi kontinensia tidak hanya bergantung pada kekuatan sfingter atau sensibilitasnya, tetapi juga bergantung pada usia serta kooperasi dan keadaan mental penderita.

1 komentar:

  1. disini aku tulis artikel ini sebagai pembantu teman2 untuk mencari jawaban untuk bahan diskusi.
    dan aku lupa mencantumkan sumbernya
    sumbernya dari: Buku Ajar Ilmu Bedah R. Sjamsuhidajat Wim de Jong
    terima kasih.

    BalasHapus